Apa yang kucari dari sudut komplek ini? Apa yang kucari dari
ruangan penuh buku ini? Apa yang membuatku terus ingin kembali ke tempat ini?
Ah, semua pertanyaan itu akan menimbulkan jawaban beragam di mata oranglain.
Tapi akan tetap menghadirkan satu jawaban untukku, karena panggilan hati.
Terdengar klasik, tapi ini bukan kamuflase. Bukan cari sensasi, bukan numpang
eksis bukan pula sekedar mengisi waktu, apalagi berharap punya kecengan, tapi
ini tentang kepedulian.
Banyak yang bertanya, “Apa yang kau dapatkan?” Aku hanya tersenyum
setiap kali ada yang bertanya hal itu. Karena jika kujawab sejujurnya, tak
banyak dari mereka yang mengerti. Pertanyaan seperti ini memang sering
kudapatkan semenjak aktif di berbagai organisasi. “Nggak cape? Banyak aktifitas
tapi semuanya aktifitas sosial?” Lagi-lagi aku hanya tersenyum. Bahkan
pertanyaan yang menurutku cukup ekstrim, “Gajinya berapa?” Pertanyaan itu hanya
bisa dijawab oleh dirinya sendiri, ketika ia terjun langsung dalam kegiatan
sosial.
Memang seperti itulah pertanyaan yang muncul jika semuanya dinilai
dari segi materi. Zaman sekarang semua butuh uang. Iya, setuju. Tapi ga harus
nyanyi-nyayi “Love is money” kayak Cinta Laura juga kan? Hehe… Materi itu
penting, tapi masih banyak sisi kehidupan lain yang harus kita penuhi, dan
semuanya tidak bisa dipenuhi dengan materi. Jika materi diibaratkan sebagai
karbohidrat yang dibutuhkan tubuh kita,
apakah kita akan merasa cukup dengan itu saja? Bayangkan jika sepanjang hidup
kita makan nasi atau jagung saja tanpa pelengkap lain. Apa yang akan terjadi?
Apakah nutrisinya sudah seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh kita? Udah
ah, jawab sendiri aja. Saya bukan ahli gizi. Hehe…
Jika materi adalah sumber karbohidrat, maka kita memerlukan
nutrisi lain untuk menyeimbangkan semuanya. Kita masih butuh protein, vitamin,
mineral dan sebagainya untuk memenuhi semuanya. Begitupula dengan kehidupan,
menurutku tak selamanya kebutuhan kita bisa tercukupi dengan materi, masih
banyak sisi lain yang harus dipenuhi, terutama sisi lahiriah. Dari berbagai
kegiatan sosial bisa menjadi salah satu cara untuk memenuhinya. Persahabatan,
kekeluargaan, kebahagiaan, cinta (witwiw…), indahnya berbagi, semangat
berkarya, rasa empati, apakah bisa dibeli dengan uang? Maka jika ada yang
bertanya, “Kenapa kamu begitu aktif di kegiatan sosial di tengah kesibukanmu
sendiri?” Inilah jawabanku. Aku hanya sedang berusaha menyeimbangkan setiap
sendi kehidupan yang harus aku beri nutrisi setiap saat. Aku tetap bekerja
untuk menghasilkan materi, aku tetap sekolah untuk menuntut ilmu secara formal,
aku tetap berkarya untuk menggapai cita-citaku dan aku tetap menjadi seorang
relawan untuk menutrisi lahiriahku, untuk belajar tanpa batas, untuk berbagi,
untuk beraksi sesuai dengan apa yang kumampu. Dan itu semua tak lain hanya
untuk mengharap Ridho-Nya. Jika semua lelah diubah menjadi Lillah, kuyakin rasa
lelah itu akan lelah mengejarku.