Hujan

Rasanya ada yang berbeda di subuh ini. Terasa angin berhembus nan sejuk mengikuti celah ventilasi kamarku. Kubuka jendela kamar, nampak bayangan mentari yang masih jauh di ufuk sana, berkedip dan membiaskan cahayanya ke seluruh jagat. Indah, saat semesta masih redup dipeluk dingin embun pagi, setitik cahaya kian meninggi hingga sudut timur nampak anggun dengan jingganya. Kali ini terasa lebih sejuk dibanding hari-hari sebelumnya, mungkin karena hujan yang turun semalam.

Ya, akhir-akhir ini nampaknya langit enggan mengganti lukisan birunya dengan sedikit abu. Awan pun masih betah dengan warna putih mengkilatnya, terbang ditiup angin, tanpa dibebani butir-butir air. Bumi nampak kering dengan kemarau panjangnya. Rindu akan gemerincik hujanpun mungkin dirasakan pula oleh ilalang yang telah lama mengering. Hingga akhirnya hujan pun turun, membasuh debu tebal diantara dedaunan yang menguning. Hujan pun singgah ke bumi, tuk tunaikan rindunya.

Pagi ini, nampak kabut yang menyelimuti dinding bukit. Pemandangan yang sudah lama tak nampak disini. Sepanjang perjalanan tercium aroma bunga kopi. Satu per satu bunga itu jatuh ke tanah bagai sakura di musim semi. Nampaknya tak hanya bunga itu yang berbahagia dengan hujan kemarin, ladang yang kemarin keringpun, nampak mulai ditumbuhi rumput-rumput meski jumlahnya belum seberapa. Namun setidaknya mereka bisa tumbuh untuk memberi nuansa baru di mata dan harapan baru di jiwa. Mereka seolah berkata, “Sesulit apapun hidup, bahkan ketika semuanya nampak tak mungkin terjadi, jika Allah sudah berkehendak maka tiada yang bisa menolaknya. Allah pasti berikan kemudahan setelah kesulitan.”

 Bersyukur hujan sepat singgah kemarin. Meski sekali, namun dampaknya luar biasa. Semua sumringah dengan kehadirannya. Langit nampak cerah, bunga bermekaran, embun menyapa dedaunan, rumput tumbuh hijau, debu tersingkap dan udara terasa makin sejuk. Mungkin inilah yang namanya pelangi di pagi hari. Sungguh Allah Maha Pengatur segalanya.