Malam kian sayup dalam kebisuan hati. Entah bagaimana
kulerai semua ini, semua hanya terisak dalam lara. Sungguh, jarak antara suka
dan duka, tangis dan tawa, dan jarak antara hidup dan mati sangat dekat. Kemarin
masih kudengar tawa riangnya. Masih kudengar cerita Ibunya tentang tingkah lucu
anaknya. Masih sempat aku memuji senyum manis dan ingin kucubit pipi putihnya. Masih
jelas di memori, beberapa hari yang lalu kami bercanda tanpa sedikitpun rasa
sedih.
Seketika semuanya berganti. Bagai membalikan telapak
tangan, suka cita dan tawa berubah menjadi tangis yang tak tertahan. Ketika
kami tak bisa menghentikan candaan dan tawa itu, Engkau dengan mudah
menggantinya dengan airmata. Ketika kami ingin tetap memeluk tubuh lemahnya,
dengan mudah Engkau memisahkan kami dengan sebuah kematian. Maha Besar Engkau
pemilik hidup dan mati kami.
Rasanya aku masih ingin mengajaknya bermain. Mengajaknya
bersepeda menyusuri taman komplek. Tapi ketika semua itu belum kupenuhi, Engkau
merangkul tangan dinginnya tuk kembali ke pangkuan-Mu. Yaa Rabb… hati ini pilu.
Namun tak bisa kuberpaling dari Kehendak-Mu. Karena kuyakin semua kan kembali
pada-Mu.
Yaa Rabb…. Jagalah ia dalam pangkuan-Mu. Tempatkanlah
ia di tempat terindah. Nanti, perkenankan kami untuk berkumpul kembali di
jannah-Mu.
Selamat jalan permata hati Umi dan Abi. Selamat jalan
kebanggaan Om dan Ateu. Disana, kau takkan lagi merasakan sakit seperti disini.
Disana, kau tak kesepian karena Allah akan selalu menjagamu, Nak. Istirahat
yang tenang ya sayang. Kecup sayang dari Umi, Abi, Kakak, Om, Ateu dan semua
yang menyayangimu.