“Baling-baling bambu…. Baling-baling
bambu…” Adi terus berteriak sambil berlari-lari mengelilingi taman. Adi. Bocah
7 tahun ini memang sangat menyukai tokoh doraemon dengan kantong ajaibnya itu.
“Adi, makan dulu Nak. Sebentar lagi
kamu harus les piano.” Ibu yang kewalahan mengejar-ngejar Adi, kini hanya duduk
di teras sambil membawa sepiring nasi yang hampir dingin.
“Tenang aja Bu! Adi gak akan telat
berangkat les. Kan ada pintu kemana saja.”
Ibu hanya menggeleng-geleng kepala
lalu masuk ke rumah. Sementara itu Adi makin kencang berlari mengitari halaman
rumahnya yang luas. Sesekali ia meniru suara Doraemon dan Nobita. Sepoy angin
sore itu semakin membuat Adi semangat, berharap bisa terbang dengan
baling-baling bambu seperti Doraemon. Wiiingg…… kali ini ia berlari menuju
kamarnya yang penuh dengan pernak-pernik Doraemon. Rupanya ia mulai lelah.
“Tok… tok… tok….”
“Siapa itu?” Adi kaget mendengar
suara ketukan di pintu kamarnya
“Hai Adi…….” seseorang datang dari
balik pintu
“Nobitaaaaa……” Adi bersorak
“Coba tebak! Siapa dia?”
Adi cukup penasaran siapa yang ikut
bersama Nobita. Ia pun membuka pintu kamarnya. Tiba-tiba ada cahaya yang sangat
terang ketika Adi membuka pintu.
“Doraemon…” Adi berjingkrak
kegirangan saat melihat Doraemon, sang idola
“Adi, kita jalan-jalan yuk!” ajak
Nobita sambil menggandeng Adi
Tentu saja Adi bersemangat ketika
diajak jalan-jalan. Tanpa fikir panjang, Adi setuju dengan ajakan Nobita. Adi
tak sabar ingin terbang dengan baling-baling bambu, keliling dunia dengan pintu
kemana saja dan tentunya memainkan alat ajaib dari kantongnya Doraemon.
“Tunggu! Doraemon sama Nobita kan
dari Jepang. Tapi kok bisa bahasa Indonesia ya?” Adi mulai megerutkan kening
sambil menggeleng-geleng kepala
“Kami kan bisa bahasa apapun.” jawab
Doraemon
“Oh iya ya, kan ada kantong ajaib.
Pasti ini berkat alatnya Doraemon.” Adi mulai percaya
Doraemon mengeluarkan pintu kemana
saja. Inilah hal yang paling ditunggu Adi. Dia terlihat senang sekali ketika
Nobita dan Doraemon menggandeng tangannya menuju pintu kemana saja. Kini Adi
merasakan bagaimana rasanya terbang dengan baling-baling bambu.
“Yuhuuuu…… Adi bisa terbaaaaaaang…..”
teriaknya sambil melambai-lambai tangan
“Adi, lihat di bawah! Itu Jepang,
tempat tinggal kami.” jelas Nobita
Adi melihat bunga sakura yang
berguguran dengan indah. Tak hanya itu, Adi diajak pula bermain di bukit
belakang sekolah Nobita. Dia juga sempat mencicipi dorayaki, kue kesukaan
Doraemon.
“Bagaimana rasanya?” tanya Doraemon
“Enak sekali.” jawab Adi sambil
menikmati kue dorayaki
“Adi, bagaimana kalau Ibumu
mencari?” kali ini Nobita mulai gelisah
“Oh iya, Adi lupa tidak minta izin
Kak.”
“Kalau begitu kita pulang sekarang
ya Di.” kata Nobita
“Wah, bagaimana ini? Pintu kemana
sajanya hilang.” keluh Doraemon
“Haaaaahhh…….” teriak Nobita dan
Adi
Adi mulai mondar-mandir tak karuan
karena takut tak bisa pulang ke rumah. Hari hampir gelap, sementara Adi masih
terjebak di bukit itu sambil menunggu bantuan Doraemon.
“Haduh, gimana nih? Ibu pasti
marah.” Adi mulai ketakutan
Kini Doraemon mulai mengeluarkan
alat-alat ajaib dari kantongnya. Tapi entah kenapa, saat itu Doraemon tidak
konsentrasi sehingga terus mengeluarkan alat yang salah.
“Pakai baling-baling bambu!”
perintah Doraemon yang mulai cemas karena hari mulai gelap
Mereka terbang mengitari kota
Jepang yang mulai dipenuhi warna-warni lampu sambil mencari jalan keluar. Adi yang
semula semangat untuk diajak jalan-jalan, kini terlihat lesu karena tak bisa
pulang. Nobita dan Doraemon pun merasa sedih melihat Adi.
“Adi, kamu nginep di rumahku aja
ya. Besok kita antar kamu pulang.” bujuk Nobita
“Iya. Besok kita cari jalan keluar.”
tambah Doraemon
“Kamu sih Doraemon. Kok pintunya
bisa hilang gitu aja sih? Kan pintu itu bisa keluar dari kantong ajaib kamu.”
“Aku juga gak tahu. Kenapa bisa
hilang?”
Nobita dan Doraemon bertengkar. Sementara
itu Adi menangis karena ketakutan.
“Adi, kamu jangan nangis ya!
Doraemon, cepat cari jalan keluarnya!”
“Iya. Iya. Aku sedang
memikirkannya.”
Mereka terbang begitu jauh hingga
tanpa sadar mereka sudah berkeliling selama satu jam.
“Nobita, lihat itu! Itu pintu kemana
saja.” Doraemon akhirnya menemukan pintu kemana saja yang bisa mengantar Adi
pulang ke rumahnya
Nobita dan Doraemon mengantar Adi
pulang ke rumahnya. Kini Adi mulai tersenyum.
“Makasih ya. Udah ngajak Adi
jalan-jalan.”
“Sama-sama Adi….” kata Doraemon dan
Nobita sambil melambaikan tangan
“Adi…… Adi…… ADIIIII……..”
Adi membuka mata dan melihat Ibunya
yang duduk di pinggirnya. Adi bingung. Ia melihat-lihat seisi kamarnya. Adi
bangun dari ranjang empuknya lalu membuka pintu.
“Adi, pasti kamu kecapean ya? Tadi
kamu ketiduran.” kata Ibu
“Jadi, adi cuma mimpi? Tadi Adi
mimpi ketemu Doraemon Bu. Sayangnya, Doraemon itu tak ada” jelas Adi, terlihat
sedih
“Kamu ini terlalu banyak nonton
film Doraemon jadi kebawa mimpi. Doraemon itu cuma animasi, gak ada di dunia
nyata. Nih, daripada nyari-nyari kantong ajaib doraemon, mending nyari sesuatu
di kantong Ibu.”
“Wah….. Komik…” Adi sumringah
“Ibu memang bukan doraemon yang
punya kantong ajaib buat kamu. Tapi Ibu akan selalu berusaha memberikan apa
yang membuatmu bahagia. Karena Ibu sayang banget sama Adi.” Ibu memeluk Adi
Event Pelangi AE Publishing
Event Pelangi AE Publishing