Ringkasan materi modul 6 Penyusunan
Artikel dan Publikasi Sekunder
Pengarang : Lasa Hs dan Purwanti Istiana
Penerbit :
Universitas Terbuka (2014)
KB 1. Jenis-jenis Indeks
1. Indeks
tradisional/ traditional index
Indeks
yang disusun menurut susunan tradisional seperti subjek, pengarang, notasi, dan
lainnya.
2. Indeks
analitik/ analytical index
Indeks
yang disusun secara alfabetis diletakkan di bawah topik tertentu yang
menunjukkan informasi yang terdapat pada artikel yang disusun di bawah subjek
umum.
3. Indeks
beranotasi/ annotation index
Indeks
yang memuat uraian data bibliografis dan menyajikan uraian singkat tentang isi.
Pencantuman anotasi ini dimaksudkan agar pencari informasi atau pemustaka
memperoleh gambaran singkat tentang isi literatur yang diperlukan.
4. Indeks
berantai
Indeks
yang disusun untuk menghimpun beberapa entri pada katalog berkelas. Penyusunan
indeks ini didasarkan pada struktur hierarkis pada bagian klasifikasi, dimulai
dari bagan klasifikasi klas besar menuju ke klas yang kecil.
5. Indeks
berkelas
Indeks
yang didalamnya terdapat entri yang disusun berdasarkan subjek atau
klasifikasi. Kemudian setiap subjek dibagi menjadi beberapa tajuk utama. Tajuk
utama ini lalu dibagi menjadi pembagian yang lebih rinci yang disusun
alfabetis.
6. Indeks
kecepatan
Indeks
ini disebut juga immediacy index, yakni perbandingan antara sitasi dalam suatu
majalah dalam tahun tertentu dengan jumlah artikel yang diterbitkan pada tahun
yang sama.
7. Indeks
permutasi/ permutation index
Indeks
yang disusun berdasarkan judul dan lainnya dan digunakan dalam komunikasi
keilmuan. Sebab judul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi lebih dapat
mencerminkan isi karya tulis ilmiah.
8. Indeks
kumulatif/ cumulative index
Indeks
yang merupakan kumpulan dari berbagai macam indeks yang menunjuk pada beberapa
topic yang terdapat pada terbitan yang terbit berkelanjutan maupun berjilid.
9. Indeks
relatif/ relative index
Indeks
yang dalam penyusunannya diberikan alternnatif dalam menentukan pilihan topik
maupun subjek. Indeks relatif dapat ditemukan pada sistem klasifikasi DDC.
10. Indeks
sitasi/ citation index
Indeks
sitasi digunakan untuk mengetahui seberapa banyak suatu tulisan ilmiah terutama
artikel diacu, disitir, atau dikutip oleh penulis lain. Adapun yang dimaksud
dengan sitiran atau kutipan adalah pengambilan ucapan atau tulisan secara kata
demi kata atau sedikit mungkin sama dengan bentuk aslinya dengan maksud
memeprkuat pendirian yang dikemukakan.
11. Indeks
subjek
Indeks
yang entrinya disusun berdasarkan subjek/ pokok masalah dari isi literatur.
Indeks subjek ini berbeda dengan indeks topic, konsep atau indeks kata kunci.
12. Indeks
artikel atau berita surat kabar
Surat
kabar tertentu menyajikan artikel bidang tertentu pada hari-hari tertentu. juga
disajikan hasil wawancara, berita seminar, pidato pengukuhan maupun hasil
penelitian. Untuk itu surat kabar dibuat kliping, dijilid, maupun dapat dibuat
dalam bentuk mikro, atau discan. Dengan bantuan indeks, pencari informasi akan
lebih mudah menemukan kembali berita tersebut.
13. Indeks
pengarang/ author index
Yakni
indeks yang tajuk entrinya dibawah judul sering dikombinasikan dengan indeks
pengarang dan disusun alfabetis.
KB 2. Indeks Buku dan Indeks
Artikel
Buku
yang kita kenal merupakan seberkas kertas bertulisan yang dijilid menyajikan
ilmu pengetahuan, informasi, dan nilai-nilai itu ternyata merupakan wahana yang
sangat efektif untuk merekam, melestarikan, menyebarkan, mengembangkan ilmu
pengetahuan, informasi, budaya dan teknologi. Oleh karena itu, buku memegang
peran penting bagi pelaksanaan pendidikan, penelitian, pengkajian, serta
pengembangan IPTEK. Bahkan UNESCO menyatakan bahwa buku sangat penting dalam
mengembangkan saling pengertian antar bangsa sehingga mendorong terciptanya
dunia yang dinamis dan penuh kerjasama.
Indeks
buku adalah indeks yang terdapat pada bagian akhir buku yang menunjuk pada
topik-topik, nama orang, tempat, maupun subjek yang diuraikan dalam naskah buku
itu yang disusun alfabetis.
Bagi
pemustaka, keberadaan indeks buku ini memberikan manfaat antara lain memudahkan
dan mempercepat temu kembali topik-topik dalam suatu buku; menambah bahan
bacaan, karena ditunjukkan pula adanya sumber informasi yang relevan; pemustaka
lebih terangsang untuk mengetahui topik-topik yang selama ini mungkin belum
diketahuinya.
KB 3. Katalog Perpustakaan
Katalog
adalah daftar pada umumnya yang disusun sedemikian rupa untuk tujuan tertentu
seperti katalog pameran, katalog perdagangan, katalog penerbitan, dan lainnya.
Istilah ini juga sering dipakai di perpustakaan sebagai daftar koleksi milik
perpustakaan tertentu yang disusun sedemikian rupa untuk memudahkan temu
kembali akan koleksi yang dimiliki perpustakaan bersangkutan.
Setiap
perpustakaan harus menyediakan katalog minimal dalam bentuk cetak dengan tujuan
sebagai berikut.
1. Mencatat
koleksi yang dimiliki perpustakaan maupun pusat informasi.
2. Memudahkan
dan mempercepat proses temu kembali.
3. Mengembangkan
standar-standar bibliografis secara internasional.
Daftar
ini bisa berbentuk katalog tercetak, katalog berkas, katalog kartu, maupun
bentuk software tertentu, serta bentuk berkas/ sheaf catalog.
Sesuai
perkembangan teknologi informasi, maka munculah katalog terbacakan mesin yang
disebut dengan Machine Readable Catalog/ MARC. MARC ini mula-mula digunakan
oleh library of congress yang kemudian dikenal dengn Library of Congress
Machine Readable Calatog/ LCMARC. Penemuan ini kemudian disempurnakan menjadi
United State Machine Readable Catalog. Dalam perkembangan selanjutnya penemuan
ini menyebar ke seluruh dunia.
Sejarah
katalogisasi dimulai pada tahun 1841 M saat Antonio Panizi (Italia) menulis
buku Rules for Compiling of the Catalogue berisi 91 peraturan katalogisasi.
Buku ini disimpan di British Museum. Penulisan buku tentang katalogisasi ini
disusul oleh Charles Ami Cutter (Amerika Serikat) yang menulis buku Rules
Dictionary Catalog yang berisi tentang katalog kamus.
Di
Eropa berdiri organisasi kepustakawanan bernama Library Association/ LA dan di
Amerika berdiri American Library Association yang kedua organisasi ini pada
tahun 1908 menyelenggarakan kerjasama bidang katalogisasi. Hasil kerjasama ini
menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan Joint Code 1908.
Pada
tahun 1920 muncul pemikiran untuk memperbaiki hasil kesepakatan itu. Namun saat
itu terjadi perang dunia II, maka rencana itu terhenti. Kemudian pada tahun
1949 terbitlah ALA Cataloging Rules for Author and Title Entries 1949 yang
memuat aturan-aturan dan cara-cara menentukan tajuk entri. Sedangkan untuk
deskripsi dan uraiannya digunakan Rules for Description Cataloging in the
Library of Congress.
Pada
tahun 1961 International Federation Library Association/ IFLA menyelenggarakan
pertemuan tentang katalogisasi yang menghasilkan Statement of Principles atau
Paris Principles. Hasil kesepakatan ini kemudian pada tahun 1967 dibahas oleh
American Library Association/ALA, Library Association/LA, dan Canada Library
Association/CLA yang kemudian menghasilkan Anglo American Cataloging
Rules/AACR.
Sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan, maka pada tahun 1969 terbentuklah kelompok
kerja/PKJA Internasional Bidang Katalogisasi yang kemudian menghasilkan
International Standard Bibliographic Description/ISBD. Tujuan penyusunan ISBD
ini adalah agar.
1. Informasi
bibliografis yang dikeluarkan oleh suatu negara atau direkam/ ditulis dalam
suatu negara dapat dikenal oleh oranglain.
2. Informasi
bibliografis yang dikeluarkan suatu negara dapat dicampur dengan informasi yang
dikeluarkan negara lain.
3. Informasi
bibliografis dapat dicatat dalam bentuk yang digunakan mesin.
Mengingat
AACR dianggap kurang sesuai dengan perkembangan kepustakawanan maka pada tahun
1978 terbit Anglo American Cataloging
Rules/ AACR 2 sebagai hasil kerjasama antara American Library/ALA,
Library Association, Library of Congress, dan Canada Library Association.
Silahkan download ringkasan materinya disini.