Thursday 18 August 2016

MODUL 3: ASPEK JARINGAN KERJA SAMA PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI


Ringkasan materi modul 3 Jaringan Kerjasama Perpustakaan dan Informasi
Pengarang       : Wiji Suwarno dan Miswan
Penerbit           : Universitas Terbuka (2014)

KB 1. Aspek Sosial dalam Jaringan Kerja Sama Perpustakaan dan Informasi
Mengkonstruksi Realitas di Bidang Informasi dan Bidang Terapan Lainnya
Konstruksi realitas dipahami sebagai usaha yang mengarahkan pada bentukan sistem berdasarkan kenyataan. Jika arahnya pada kegiatan interaksi sosial, Laksmi (2012) mengatakan bahwa konsep konstruksi sosial dikenal oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociological of Knowledge (1996). Mereka menegaskan bahwa suatu proses sosial mencakup tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif, terlepas apakah itu karena pengaruh sosial yang lain maupun karena level pendidikan dan pengetahuan yang diperolehnya, baik melalui media pendidikan formal maupun informal.
Proses konstruksi sosial yang terjadi di masyarakat dimana adanya interaksi antar individu, akan melahirkan bermacam respon. Baik berupa konflik atau resistensi, ada pula kemungkinan saling tarik menarik karena berbeda kepentingan, bahkan terciptanya konigurasi sosial.
Konfigurasi sosial dapat diartikan semacam kegiatan yang dilakukan manusia yang saling memberi makna pada perilaku masing-masing dan melakukan tindakan yang sesuai dengan makna tersebut. Seperti merajt jarring-jaring makna, interaksi sosial muncul dalam penciptaan makna simbolik universal yang mengatur bentuk-bentuk interaksi sosial antara individu, individu dengan masyarakat, atau individu dengan lingkungannya, yang memberi makna pada berbagai undakan dalam kehidupan. Proses dialektika tersebut muncul dalam bentuk eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.
Bentuk eksternalisasi dapat dikatakan sebagai salah satu proses dalam konstruksi sosial. Hal ini merupakan proses membangun tatanan kehidupan dimana manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Proses konfigurasi selanjutnya adalah dialektika. Proses ini juga muncul dalam bentuk objektivasi, yaitu proses membangun tatanan kehidupan manakala realitas terpisah dari sibjektivitas.
Proses terakhir adalah internalisasi,yaitu proses manakala individu mempelajari nilai umum atau realitas objektif dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Mereka terlibat dalam interaksi yang terus menerus dan proses sosialisasi antara individu dengan generasi sebelumnya, seperti ibu dan anak. Lembaga informasi sebagai lembaga penyedia jasa, internalisasi nilai melayani merupakan proses yang paling menonjol dan dipentingkan. Layanan public, ketika layanan menjadi ujung tombak dan cerminan kualitas organisasi, menanamkan nilai kemanusiaan, seperti keramahan dan kepedulian sosial lainnya.
Dalam proses berinteraksi, yang terdiri atas para pelaku, tindakan dan pemaknaan merupakan factor konstruksi yang penting, sebab ketiganya menentukan hasil konstruksi yang disebut sebagai budaya.
Proses konstruksi makna di bidang informasi dibentuk oleh lingkungan eksternal.  Sementara itu lingkungan eksternal mencakup masalah-masalah yang bersumber dari pihak pustakawan dan juga masalah kompetensi yang terkait dalam perkembangan ilmu informasi. pustakawan dianggap kurang memiliki keterampilan dan kreativitas dan pemahamannya terhadap layanan publik umumnya hanya sebatas pada kegiatan administrasi. Oleh karena itu kerja sama antar perpustakaan bisa menjadi solusi atas semua masalah yang dialami pustakawan. Dengan adanya kerja sama, akan terjadi interaksi sosial antar pustakawan untuk memecahkan masalah dan saling bertukar ide bahkan saling melengkapi layanan perpustakaan masing-masing.

Tilmbulnya Konfigurasi Sosial
Interaksi sosial membentuk konfigurasi tertentu yang diwarnai dengan kontestasi kekuasaan, bias gender, stratifikasi sosial, dan sebagainya. Berbagai realitas dapat diciptakan melalui interaksi sosial yang terjadi sehari-hari. Tindakan-tindakan yang sebelumnya muncul pada tataran individual, akhirnya membentuk konfigurasi sosial dalam tataran sistem. Terbentuknya konfigurasi sosial di lembaga informasi dapat berbentuk penyimpangan manajemen, seperti diskriminasi, ketidaksetaraan diantara pekerja, pertentangan nilai, konflik kepentingan, kecemburuan sosial, dan masih banyak lagi (Coleman, 2008).
Satu modal untuk membina jaringan kerja sama dengan perpustakaan lain adalah pelayanan yang dapat diterima oleh semua pemustaka. Dengan tradisi konstruksi sosial yang baik di perpustakaan, akan membawa dampak positif menjalin relasi dengan perpustakaan lain utamanya dalam segi pelayanan terhadap anggota perpustakaan lain.

Proses Konstruksi Sosial
Konsep proses konstruksi sosial merujuk pada fenomena sosial yaitu rangkaian proses interaksi yang dianalisis berdasarkan pada interpretasi dan refleksi para pelakunya. Rangkaian peristiwa di dalam proses memiliki keterkaitan, baik dalam ruang dan waktu, serta hubungan antara individu di dalam peristiwa. Berdasarkan interaksi sosial, proses konstruksi sosial dibedakan ke dalam proses sosial yang asosiatif dan proses sosial yang disosiatif.
Proses sosial asosiatif adalah proses yang menunjukkan bentuk pendekatan atau saling bekerja sama. Proses jenis ini mencakup kooperasi, akomodasi, asimilasi, dan amalgamasi. Proses konstruksi sosial kooperasi merupakan proses bekerjasama dengan dilandasi minat, minat, dan kesepahaman bersama. Proses akomodasi merupakan proses menuju tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang sedang berselisih. Proses asmililasi merupakan konstruksi sosial melalui penyatuan pemahaman dan meleburnya kebudayaan dari pihak-pihak yang berselisih.
Proses sosial disosiatif adalah proses yang menunjukkan adanya bentuk persaingan dan kompetitif. Proses jenis ini mencakup kompetisi, konflik, dan kontraversi. Kompetisi merupakan proses dimana pihak-pihak yang berselisih memperebutkan tujuan tertentu yang terbatas. Proses kontraversi dapat berlangsung secara kasar atau halus seperti ejekan, sindiran, provokasi, dan sebagainya.



KB 2. Aspek Teknologi dalam Jaringan Kerja Sama Perpustakaan dan Informa
Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber daya mencakup staf ahli, untuk memilih, struktur, penawaran akses intelektual untuk menginterpretasikan, mendistribusikan, memelihara integritas koleksi dari waktu ke waktu sedemikian rupa sehingga tersedia dan siap digunakan oleh masyarakat.
Perpustakaan digital merupakan lingkungan yang menantang bagi pustakawan. Dengan tiadanya jasa fisik yang diberikan maka peran pustakawan berubah dari fasilitator antara pemakai dengan sumber daya informasi menjadi fasilitator antara pemakai dengan sistem.
Perpustakaan digital memiliki keunggulan sebagai berikut.
       a.       Tidak memiliki batas fisik.
       b.      Ketersediaan akses.
       c.       Multiakses.
       d.      Temu balik.
       e.       Preservasi dan konservasi.
f.       Berpotensi menyimpan lebih banyak informasi
Di Indonesia sudah terdapat perpustakaan digital terutama di Perguruan Tinggi. Kini banyak perguruan tinggi mewajibkan mahasiswa menyerahkan karya akhirnya dalam bentuk soft files ke perpustakaan, selanjutnya perpustakaan yang akan memasukkan ke server.

Perpustakaan Hibrida
Perpustakaan hibrida adalah perpustakaan yang memiliki “dua muka”, yaitu merupakan perpaduan koleksi digital dan koleksi konvensional.
Borgman memberikan pendapatnya bahwa perpustakaan hibrida didesain untuk mengelola teknologi dari dua sumber yang berbeda, yaitu sumber elektronik dan sumber koleksi yang tercetak yang dapat diakses melalui jarak dekat juga jauh.
Pada perpustakaan hibrida ini ada kerja sama apik antara pustakawan dan para teknolog yang menyatukan keterpisahan tradisi sebagai konsekuensi perpustakaan hibrida yang secara bersamaan membangun koleksi baru (elektronik atau digital) dan koleksi lama (tercetak) secara terintegrasi, sedemikian rupa sehingga pemakai jasa perpustakaan tidak lagi kesulitan memakai kedua jenis koleksi tersebut.

Cloud Computing
Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dan pengembangan berbasis internet (awan). Awan (cloud) adalah metafora dari internet. Cloud computing adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS (software as a service), web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Cloud computing merupakan paradigm manakala suatu informasi secara permanen tersimpan di server (internet) dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client).
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar layanan yang ada di internet dikategorikan cloud computing.
      1.      Layanan berdifat On Demand, pengguna dapat berlangganan apa yang ia butuhkan saja.
      2.      Layanan bersifat elastis/ scalable.
      3.      Layanan sepenuhnya dikelola oleh penyedia/ provider.
      4.      Sumber daya terkelompok.
     5.      Akses pita lebar layanan yang terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet.
     6.      Layanan yang terukur (Measured Service).
Secara umum Cloud Computing terbagi dalam 3 jenis layanan yaitu.
      1.      Software as a Service (SaaS)
      2.      Platform as a Service (PaaS)
      3.      Infrastructure as a Servie (IaaS)
Manfaat Cloud Computing adalah sebagai berikut.
      a.       Data yang disimpan di pusat.
      b.      Respons cepat.
      c.        Kehandalan kode uji.
      d.      Log (records tak terbatas).
      e.       Kinerja perangkat lunak dengan tingkat keamanan yang tinggi.
      f.       Konstruksi yang handal.
      g.      Menghemat biaya uji keamanan yang mahal.
Konsep cloud computing tidak serta merta diterapkan begitu saja di perpustakaan. penerapannya membutuhkan suatu perencanaan yang jelas dan matang jika konsep teknologi tersebut akan diadopsi. Perlu memperhatikan beberapa hal sebelum mengaplikasikan teknologi cloud computing antara lain infrastruktur, keamanan data, dan sumber daya manusia.

Digital Native
Digital natives adalah mereka yang terlahir dalam lingkungan dengan kondisi teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengalami revolusi digital dan disajikan secara online. Artinya mereka menganggap teknologi semacam ini bukan sesuatu yang baru.
Jaringan kerja sama perpustakaan adalah kerja sama yang dilakukan dengan minimal dua atau lebih perpustakaan, yang tentu melibatkan pustakawannya. Kerja sama ini menuntut setidaknya memiliki pemahaman yang sama terhadap kegiatan kerja sama yang akan dilakukan, termasuk pula penyamaan persepsi terhadap konsep dasarnya, misalnya. Pemahaman pertama, perpustakaan yang sudah memiliki fasilitas internet bukanlah perpustakaan digital. Kedua, vendor pangkalan data atau pemasok dokumen komersial, pangkalan data serta jasa pengantaran dokumen elektronik serta perpustakaan digital miliknya bukanlah perpustakaan digital. Ketiga adalah bahwa sistem manajemen dokumen yang mengolah dokumen bisnis dalam bentuk dokumen elektronik tidak dapat disebut perpustakaan digital. Keempat adalah bahwa pustakawan merupakan SDM yang paling berperan dalam kerja sama antar perpustakaan ini. Kelima bahwa untuk pengembangan jaringan kerja sama diperlukan dana, meskipun dana bukan segalanya.

Open Access

Gerakan Open Access (OA) yang pertama kali adalah Budapest Open Access Initiative pada bulan Desember 2001 di Budapest. Prinsipnya menyatakan bahwa tradisi lama dan teknologi baru telah berbaur menciptakan barang public yang belum ada sebelumnya. Tradisi lama ialah kemauan ilmuan untuk menerbitkan hasil riset mereka dalam jurnal tanpa honor, demi kemajuan ilmu dan pengetahuan. Teknologi baru adalah internet. Barang public yang dihasilkan dengan internet memungkinkan distribusi elektronik ke seluruh dunia dan dapat diakses siapa saja. 

Download rangkuman materinya disini.

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda
Sumber: http://www.seociyus.com/2013/02/cara-membuat-komentar-facebook-keren-di-blog.html#ixzz44aXRQIym Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Follow us: @SEOCiyus on Twitter

0 comments:

Post a Comment