Ringkasan materi modul 4 Jaringan
Kerjasama Perpustakaan dan Informasi
Pengarang : Wiji Suwarno dan Miswan
Penerbit :
Universitas Terbuka (2014)
KB 1. Konsep Perpustakaan
Terintegrasi
Pengertian
Sistem Perpustakaan Terintegrasi
Menurut
Wikipedia sistem perpustakaan terintegrasi yang dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai Integrated Library System (ILS) atau Library Management System (LMS)
adalah sistem perencanaan sumber daya perpustakaan yang digunakan untuk melacak
bahan perpustakaan yang dimiliki, pesanan yang dibuat, tanggungan yang dibayar,
dan pemustaka (pengguna perpustakaan) yang meminjam koleksi.
Sejarah
perkembangan otomasi perpustakaan dimulai seiring dengan kemampuan komputer
dalam mendukung penerapan aplikasi untuk perpustakaan, bahkan sistem otomasi
perpustakaan untuk sirkulasi telah dimulai sejak diterapkannya penggunaan kartu
berlobang (punched card) pada dasawarsa 1940an dan 1950an. Seiring dengan
perkembangan teknologi komputer yang semakin maju pada decade 1960an dan
1970an, mucullah sistem perpustakaan terintegrasi. Sistem ini mengubah secara
drastis tata kelola atau operasional perpustakaan.
Pada
awalnya sistem otomasi perpustakaan bertumpu pada sistem komputer besar
(mainframe). Secara bertahap digantikan oleh micro computer kemudian personal
computer. Meskipun sistem otomasi pada masa permulaan telah mengurangi secara
signifikan terhadap tenaga yang diperlukan dalam mengelola perpustakaan, sistem
otomasi tersebut masih terbatas untuk menangani sebagian kecil dari beban kerja
di perpustakaan. Perkembangan selanjutnya muncul format MARC yang memungkinkan
membuat cantuman katalog terbacakan mesin. Tidak lama setelah itu muncullah
sistem perpustakaan terintegrasi.
Komponen
ILS
Tiap
komponen dalam sistem perpustakaan terintegrasi (ILS) disebur modul. Fayen
(2005) mengemukakan bahwa pada masa awal ILS hanya terdiri atas dua atau tiga
modul sebagai berikut.
1. Pengatalogan
2. OPAC
(Online Public Access Catalog)
3. Sistem
sirkulasi
Modul-modul
baru biasanya ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari berbagai
perpustakaan untuk tujuan khusus, misalnya sebagai berikut.
1. Authority
Control: modul khusus untuk pengatalogan.
2. Pengadaan
(Acquisition)
3. Pengelolaan
terbitan berseri (Serials Control)
4. Dukungan
kepemilikan (Holdings Support)
5. Pemesanan
bahan perpustakaan (Materials Booking)
6. Koleksi
tendon (Course Reserve)
7. Inventarisasi
(Inventory Control)
8. Penjilidan
(Binding)
9. Community
Bulletin Board
10. Pinjam
antar perpustakaan (Inter Library Loan)
11. Pelaporan
(Reporting)
Fasilitas
ILS
1. Catalog
management
2. Circulation
management
3. Custom
user interface
4. Customer
database
5. Customizable
fields
6. Data
import/ export
7. Federated
searching
8. Fee
collection
9. Legacy
system integration
10. Mobile
access
11. Multi
language
12. OPAC
13. Periodicals
and serials management
14. Reporting
15. Radio
Frequency Identification
16. Scanning
and barcode integration
17. Self-checkin/
out
18. Software
development kit
19. Web
service
ILS
dan Kerja Sama Perpustakaan
Penerapan
ILS tidak hanya mempermudah pengelolaan perpustakaan secara internal, tetapi
juga secara eksternal, yaitu kaitannya dengan kerja sama antar perpustakaan.
ILS mempermudah jaringan kerja sama perpustakaan dalam bentuk pengolahan
koleksi, penelusuran informasi, pembangunan katalog induk, pengembangan koleksi,
dan pinjam antar perpustakaan.
KB 2. Digitalisasi dan Simpan
Pengetahuan Bersama
Perkembangan
dunia internet menyebabkan para teknolog menyadari bahwa sistem komputer harus
dapat melayani populasi dengan beragam kepentingan. Selain itu juga disadari bahwa
pengetahuan tidak pernah berbentuk satu paket yang rapi dan jelas
batas-batasannya.
Di
dalam situasi seperti itulah pada era 1990an orang mulai bicara tentang
perpustakaan digital. Kita dapat segera melihat bagaimana fenomena pengelolaan
objek digital memberikan sumbangan amat besar bagi upaya pengelolaan data,
informasi, dan pengetahuan.
Komunitas
Online dan Pengetahuan Bersama
Teknologi
internet, aplikasi bulletin board dan mailing list yang sudah berusia cukup
“tua” untuk perkembangan teknologi informasi, dikombinasikan dengan surat
elektronik (email), sistem pangkalan data, dan search engine, telah menciptakan
lingkungan digital yang sangat membantu pemakai memanfaatkan pengetahuan dalam
kehidupan bermasyarakat, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah
komunitas. Teknologi jaringan dan internet menyebabkan komunitas-komunitas
menjadi semakin luas dan semakin mengandalkan telekomunikasi. Kita menyebut
telekomunikasi ini sebagai onlibe communities atau komunitas online.
Secara
umum kita menggunakan istilah komunitas online untuk himpunan manusia di
internet. Ada juga yang menggunakan istilah virtual communities yang
didefinisikan sebagai “….frontierless, geographically dispersed communitu of
people and organizations connected via internet and other network.”
Di
dalam komunitas online para anggota saling bertukar data dan informasi. dari
pertukaran ini seringkali muncul informasi-informasi baru yang tampaknya
semakin lama semakin “kaya”. Setiap komunitas online akhirnya pasti memiliki
semacam fasilitas untuk menyimpan berbagai hal yang dianggap milik bersama.
Keberadaan
perpustakaan digital menjadi amat jelas jika dikaitkan dengan kebutuhan
komnitas akan sarana yang konsisten dan dapat dipercaya ini. Digitalisasi dan
kemajuan teknologi komputer pada akhirnya bertujuan membantu komunitas
memanfaatkan simpanan informasi (information storage) untuk pengembangan
pengetahuan.
Sebagai
sebuah aplikasi teknologi digital, perpustakaan digital juga menjadi semacam
penimbang bagi kecepatan pertambahan data dan informasi yang semakin mudah
diproduksi dengan bantuan komputer dan cenderung menimbulkan fenomena
information overload, sebuah fenomena yang sering menimbulkan kekhawatiran
tentang kualitas informasi yang tersedia di internet.
Perpustakaan
Digital Sebagai Model
Karakteristik
perpustakaan digital adalah sebagai berikut (Tedd dan Large, 2005: 17-19).
1. Perpustakaan
digital berisi koleksi dalam bentuk digital atau sumber daya elektronis.
2. Perpustakaan
digital ada dalam lingkungan yang tersebar dalam lingkungan jaringan sehingga
pengguna bisa mengakses koleksi perpustakaan digita dimana saja.
3. Isi
perpustakaan digital berupa data dan metadata yang mendeskripsikan data.
4. Koleksi
perpustakaan digital diseleksi dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan komunitas
pengguna yang telah ditentukan.
Kelebihan
dan Kekurangan Perpustakaan Digital
Kelebihan
perpustakaan digital dibandingkan dengan perpustakaan tradisional.
1. Tidak
ada batasan fisik.
2. Tersedia
sepanjang waktu.
3. Akses
ganda.
4. Pendekatan
terstruktur.
5. Fleksibilitas
dalam temu kembali informasi.
6. Pelestarian
dan konservasi.
7. Bentuk
digital hanya membutuhkan sedikit ruang.
8. Memiliki
nilai tambah, seperti kualitas gambar
dan bisa diperbaiki.
9. Mudah
untuk diakses.
Adapun
beberapa kelemahan perpustakaan digital adalah sebagai berikut.
1. Banyak
ahli mengkritik bahwa perpustakaan digital akan terkendala oleh peraturan
mengenai hak cipta.
2. Isi
atau koleksi perpustakaan digital hanya terbatas pada bahan-bahan yang sudah
menjadi milik umum.
3. Perpustakaan
digital tidak mampu mereproduksi lingkungan perpustakaan tradisional.
4. Banyak
orang yang masih merasa lebih nyaman membaca bahan tercetak daripada membaca
pada layar komputer.
Perpustakaan
Digital Sebagai Model Jaringan Perpustakaan dan Informasi
Secara
alami perpustakaan digital tidak dapat berdiri sendiri. Ia merupakan gabungan
dari berbagai perpustakaan digital. Dari sisi penyebutan pun dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai “digital libraries” (jamak) bukan “digital library”
(tunggal).
Sejak
semula perpustakaan digital dirancang untuk berkolaborasi antara entitas
perpustakaan digital yang satu dengan yang lain. Dengan adanya tuntutan seperti
ini maka isu interoperability, yaitu bagaimana mempersatukan berbagai sistem
komputer agar dapat bekerjasama dan saling berkomunikasi dengan baik, menjadi
sangat penting sejak awal pengembangan perpustakaan digital.
Menurut
Miller (2000) Interoperability langsung terkait dengan penggunaan standar yang
meliputi enam aspek seperti berikut.
1. Technical
interoperability: standar komunikasi, pemindahan, penyimpanan, dan penyajian
data digital.
2. Semantic
interoperability: standar penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu
kembali informasi.
3. Political/
human interoperability: keputusan untuk berbagi dan bekerjasama.
4. Intercommunity
interoperability: kesepakatan untuk berhimpun antar institusi dan beragam
disiplin ilmu.
5. Legal
interoperability: peraturan terkait dengan akses ke koleksi digital, termasuk
masalah hak intelektual.
6. International
interoperability: standar yang memungkinkan kerja sama internasional
Download rangkuman materinya disini.